-->

Program Wawancara Sejarah Lisan

Program wawancara sejarah lisan

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam melaksanakan kegiatan wawancara semarah lisan, perlu menetapkan langkah – langkah yang akan dijalankan guna tercapainya keberhasilan.


Pertama, pembentukan panitia /tim. Sebelum ditetapkan suatu tim kerja perlu dibicrakan tentang :
  • Jumlah orang yang ditunjuk
  • Anggota dari kalangan mana
  • Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Kedua, pembagian tugas wawancara antar masing – masing anggota tim.
Ketiga, anggaran yang dibutuhkan.
Apabila sudah dibentuk tim, maka langkah selanjutnya adalah penetapan jadwal. Pembuatan jadwal adalah satu tugas yang harus dijalankan oleh tim agar tugas dan tanggung jawab yang dibebankan oleh masing – masing  anggota tim tidak tumpang tindih.
Inventarisasi dan penentuan pewawancara.
Pembentukan tim adalah salah satu upaya dalam menjaring dan menginventarisasi pewawancara. Tidak semua orang dapat dimasukkan sebagai angota tim dan tidak semua anggota tim harus melakukan wawancara.

Kriteria pewawancara :

  • Pewawancara harus dapat bersikap tenang dan tidak gelisah dalam menghadapi pengisah.
  • Diperlukan suatu wadah atau organisasi untuk menaungi pewawancara.
  • Seorang pewawancara harus ungguh – sungguh dalam mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pengisah.
  • Bertanya seputar pengalaman pengisah dan bukan mengritik tingkah laku atau informasi yang disampaikan 
  • Pewawancara diharapkan mampu memahami maksud yang disampaikan pengisah
  • Pewawancara harus bersikap jujur dan terbuka dalam menyampaikan keinginannya kepada pengisah
  • Pewawancara harus dapat bersikap hati – hati dalam bertindak dan mengajukan pertanyaan
  • Pewawancara harus berusaha menciptakan suasana yang harmonis dan hindari suasana hening
  • Pewawancara harus mampu mengendalikan pembicaraan pengisah apabila sudah mulai keluar dari tema yang dibicarakan
  • Pewawancara sebaiknya membantu pengisah bilamana pengisah lupa dalam menyebut peristiwa
  • Pewawancara tidak boleh menyanggah pengisah
  • Pewawancara harus dapat meyakinkan kepada pengisah bahwa hasil wawancara ini bukan untuk disebarluaskan melainkan untuk kepentingan sejarah
  • Pewawancara harus berusaha menghindari keterangan off the record
  • Pewawancara harus dapat mengakhiri wawancara pada waktu yang tepat

Inventarisasi dan penentuan pengisah

Hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan pengisah yang pernah mengalami suatu peristiwa yang penting :
  • Membaca buku tentang riwayat hidup pengisah 
  • Melalui internet atau website
  • Melalui kantor – kantor badan perjuangan
  • Stasiun televisi dan radio
  • Markas besar tni AD, AL, dan AU
  • Bagian penerangan dan kesejarahan dari instansi pemerintah
Keterangan dari pengisah yang sudah tersedia dalam bentuk tertulis hendaknya dipelajari terlebih dahulu. Sehingga, pewawancara mempunyai bahan – bahan perbandingan yang cukup untuk memulai penelitian.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan pengisah :
  • Pengisah tidak takut dan bingung dalam menggunakan perlengkapan rekaman wawancara.
  • Percaya kepada pewawancara dan memahami betul mengapa pengisah ingin diwawancarai
  • Pengisah belum mempublikasikan kepada pewawancara mengenai peristiwa yang dialaminya.
  • Pengisah kadangkala takut diwawancarai karena khawatir akan daya ingatnya, sehingga pewawancara harus membantu mengingatkan kembali
  • Pengisah yang kurang berminst menulis harus segera diwawancarai agar informasinya dapat direkam
  • Perlu memperhatikan umur dan kesehatan pengisah
Daftar pustaka :
  • Anthony Seldon and Joanna Pappworth. (1983). By Word of Mouth: Elite Oral History. London and New York: Methuen.
  • Anton E Lukas. (1989). Peristiwa Tiga Daerah: Revolusi dalam Revolusi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
  • Arsip Nasional Republik Indonesia. (1982). Lembaran Berita Sejarah Lisan nomor 9. Jakarta.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel