Konsep Dasar Sejarah Dan Sejarah Lisan
Monday, October 30, 2017
Konsep dasar sejarah dan sejarah lisan
Sejarah merupakan peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau. Kadangkala peristiwa mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan juga menerangkan kenapa peristiwa itu terjadi dapat dilakukan tanpa menggunakan teori maupun metodologi. Barzun menyatakan bahwa sejarah menggembleng jiwa manusia menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi teror dan kekacauan dalam kehidupan kita.Cicero menyatakan bahwa barang siapa tidak mengenal sejarahnya akan tetap menjadi anak kecil.
Seignobos mengatakan sejarah mempunyai pengaruh higienis terhadap jiwa kita karena membebaskan dari sifat – sifat serba percaya belaka.
Sejarah dalam arti subjektif. Merupakan suatu cerita yang disusun atau dibangun oleh penulis yang merupakan suatu kesatuan yang mencakup fakta – fakta terangkai untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun struktur . Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiridan kejadian tersebut tidak dapat diulang atau terulang lagi.
Adakalanya kejadian yang terjadi di masa lampau belum tentu dapat dikatakan sebagai peristiwa sejarah, karena alasan berikut :
- Sebagian peristiwa masa lampau bukanlah sejarah, melainkan prasejarah
- Semakin tua zaman sejarah yang diselidiki, semakin sedikit peninggalan atau bukti – bukti yang dapat ditemukan, begitu juga sebaliknya.
- Banyak peristwa masa lampau yang mengalir begitu saja tanpa ada kesan yang menonjol atau berpengaruh dalam diri.
Sejarah Lisan dalampengertian umum adalah suatu usaha pengumpulan data informasi dan keterangan tentang masa lampau dari seorang tokoh yang diperoleh melalui wawancara.
William Moss menyatakan bahwa sejarah lisan adalah perekaman dari kenangan – kenangan yang dikemukakan oleh informan berdasarkan pengetahuan langsung.
Willa K Baum menyatakan sejarah lisan merupakan usaha merekam kenangan yang dapat disampaikan oleh pembicara sebagai pengetahuan tangan pertama
Oral History Society menyatakan sejarah lisan adalah perekaman kenangan seseorang.
Dalam sejarah lisan walaupun pewawancara lebih menekankan terhadap kenangan yang dialami oleh informan. Wawancara sejarah lisan bukanlah dialog meskipun didalamnya terdapat unsur tanya jawab. Yang membedakan adalah, seorang pewwancara akan bertanya seringkas mungkin kepada pengisah dan diharapkan pengisah akan menjawab secara detail dan terperinci.
Wawancara sejarah lisan dapat dilakukan pada lebih dari satu pengisah yang disebut wawancara sejarah lisan secara simultan. Pertanyaan dapat diajukan pewawancara kepada 2 (dua), 3(tiga), atau lebih pengisah dalam satu ruangan.
Tujuan dilakukan wawancara sejarah lisan yaitu untuk mengisi gap atau kekosongan sumber – sumber tertulis, atau bahkan sumber tertulisnya sama sekali tidak ada.
Penyelamatan informasi ini biasanya dilakukan terhadap para tokoh yang kurang berminat untuk menulis, padahal dia mempunyai setumpuk pengalaman yang unik dan menarik yang harus diselamatkan dan agar orang lain dapat mengetahuinya.
Kegunaan sejarah lisan :
- Dapat mengungkapkan kembali peristiwa yang terjadi
- Dapatmelestarikan sejarah lokalmasyarakat dan nasional
- Efektif dalam mengungkapakan data sejarah perorangan
- Dapat mengembangkan interpretasi si pewawancara
- Sebagai alat mengumpulkan informasi
- Dapat membawa dimensi lokal baru dan sejarah keluarga
- Sangatpenting sebagai sumber di radio dan televisi
- Dapat memperoleh tambahan informasi bagi penelitian
Ciri – ciri sejarah lisan :
- Bersumber pada lisan bukan pada sumber tertulis
- Penyampaiannya lebih banyak bersifat naratif
- Masing – masing pelaku dalam satu peristiwa yang pernah dialaminya mempunyai karakter yang berbeda – beda.
Perbedaan wawancara dan dialog :
- Pewawancara dan pelaku belum saling mengenal, sedangkan dialog narasumbernya telah dikenal
- Pewawancara adalah pihak yang terus menerus bertanya,sedangkan pelaku adalah pihak yang selalu menjawab pertanyaan
- Pada saat wawancara pertanyaan sudah dirumuskan sebelumnya, sedangkan dialog tidak.
Arsip Nasional Republik Indonesia. (1980). Arsip dan Sejarah. Jakarta.
Arsip Nasional Republik Indonesia. (1982). Lembaran Berita Sejarah Lisan Nomor 9. Jakarta.
Arsip Nasional Republik Indonesia. (1982). Lembaran Berita Sejarah Lisan Nomor 11. Jakarta.